Satria Soedirman is SS

Sebuah konsep bisnis yang akan menjadi jawaban bagi kebutuhan Anda. Kami ingin menjadi partner bagi Anda dalam menemukan solusi masalah yang sedang Anda cari jalan keluarnya.

1st Service: Research

Layanan pertama SS berupa riset bisnis dan sosial, yaitu layanan bagi Anda para pelaku bisnis, manajerial, serta pemerhati masalah sosial yang membutuhkan partner untuk melakukan riset.

2nd Service: Retail

Layanan kedua SS berupa ritel, yaitu kami menjadi partner bagi Anda seorang produsen yang sedang membutuhkan bantuan dalam hal penjualan/distribusi produk yang telah Anda produksi.

3th Service: Event

Layanan ketiga SS berupa event, yaitu sebuah solusi bagi Anda yang membutuhkan asupan informasi dalam bentuk event atau menjadi partner bagi Anda yang ingin mengadakan event.

SS : Accelerating U Quickly

Kami memiliki komitmen untuk melayani Anda secara professional, sehingga kami berharap bahwa Anda benar-benar merasakan bahwa kami adalah seorang partner bagi solusi masalah Anda.

Statistika dan Sejarahnya

Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas.

Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri. Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan.

Sejarah Singkat

Penggunaan istilah statistika berakar dari istilah-istilah dalam bahasa latin modern statisticum collegium ("dewan negara") dan bahasa Italia statista ("negarawan" atau "politikus"). Gottfried Achenwall (1749) menggunakan Statistik dalam bahasa Jerman untuk pertama kalinya sebagai nama bagi kegiatan analisis data kenegaraan, dengan mengartikannya sebagai "ilmu tentang negara (state)". Pada awal abad ke-19 telah terjadi pergeseran arti menjadi "ilmu mengenai pengumpulan dan klasifikasi data". Sir John Sinclair memperkenalkan nama (statistics) dan pengertian ini ke dalam bahasa Inggris. Jadi, statistika secara prinsip mula-mula hanya mengurus data yang dipakai lembaga-lembaga administratif dan pemerintahan. Pengumpulan data terus berlanjut, khususnya melalui sensus yang dilakukan secara teratur untuk memberi informasi kependudukan yang berubah setiap saat.

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 statistika mulai banyak menggunakan bidang-bidang dalam matematika, terutama peluang. Cabang statistika yang pada saat ini sangat luas digunakan untuk mendukung metode ilmiah, statistika inferensi, dikembangkan pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Ronald Fisher (peletak dasar statistika inferensi), Karl Pearson (metode regresi linear), dan William Sealey Gosset (meneliti problem sampel berukuran kecil). Penggunaan statistika pada masa sekarang dapat dikatakan telah menyentuh semua bidang ilmu pengetahuan, mulai dari astronomi hingga linguistika. Bidang-bidang ekonomi, biologi dan cabang-cabang terapannya, serta psikologi banyak dipengaruhi oleh statistika dalam metodologinya. Akibatnya lahirlah ilmu-ilmu gabungan seperti ekonometrika, biometrika (atau biostatistika), dan psikometrika.

Meskipun ada pihak yang menganggap statistika sebagai cabang dari matematika, tetapi sebagian pihak lainnya menganggap statistika sebagai bidang yang banyak terkait dengan matematika melihat dari sejarah dan aplikasinya. Di Indonesia, kajian statistika sebagian besar masuk dalam fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, baik di dalam departemen tersendiri maupun tergabung dengan matematika.

Referensi:
Tulisan dikutip dari Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Statistika), diakses pada 26 Mei 2011.

Mengenal Konsep New Wave Marketing

Dunia sudah dan sedang berubah. Bahkan, tak jarang, perubahan itu terjadi begitu cepat dan mengejutkan. Akibatnya, tak jarang pula, banyak manusia dibuatnya tergagap—bahkan, terengah-engah mengikuti dunia yang tunggang langgang (runaway world). Tidak mengikuti tren sebentar saja, rasanya sudah ketinggalan zaman. Salah satu pemicunya tak lain adalah perkembangan teknologi—khususnya teknologi informasi.

Salah satu bukti paling gamblang dari perubahan ini adalah terjadinya horisontalisasi di berbagai bidang. Horisontalisasi ini diikuti oleh demokratisasi di berbagai lini kehidupan manusia kontemporer. Sekarang, masyarakat yang serba terkonek ini tampak semakin berdaya. Dengan mudah, mereka berbagi opini, informasi, dan saling memengaruhi satu sama lain melalui sarana komunikasi berbasis internet. Informasi tidak lagi mengalir satu arah (dari atas bawah, seperti dari negara ke masyarakat, dari media arus utama ke konsumen beritanya). Informasi berjalan secara horisontal dari untuk dan oleh masyarakat sendiri. Blog, Twitter, Facebook, dan media sosial menjadi kanal-kanal informasi anyar yang sifatnya interaktif dan viral.

Banyak hal bergaya  vertikal yang menjadi penanda era lawas semakin dipeloroti. Obama, misalnya, menjadi simbol horisontalisasi di mana kekuasaan presiden di Amerika Serikat tidak lagi eksklusif bagi kulit putih. Fenomena tumbangnya Hosni Mubarak di Mesir, Ben Ali di Tunisia, dan digoyangnya kekuasaan di negara-negara Arab juga menjadi fenomena horisontalisasi itu. Negara-negara kecil—khususnya di Asia—mulai tampil sebagai kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan. Banyak hal yang pada era lawas berkorelasi subordinasi—atas bawah—berubah  pelan-pelan menjadi sejajar.

Perubahan itu juga terjadi di lanskap bisnis, khususnya di bidang pemasaran. Horisontalisasi di bidang pemasaran terjadi. Posisi produsen dan konsumen kini sejajar. Produsen tidak lagi bisa mengatur dan membohongi konsumen. Konsumen sekarang tampil lebih cerdas dan bahkan bisa mengetahui seluk beluk produk dan pasarnya ketimbang para pemasarnya.

Konsep pemasaran pun bergeser.  Dalam pendekatan pemasaran era legacy, dikenal istilah 4C, yakni change, competitor, customer, dan company. Biasanya, konsep 4C ini digunakan untuk menganalisis sebuah lanskap bisnis. Di era horisontal ini, posisi keempatnya berdiri sejajar. Keempatnya bisa berkomunikasi secara real time sekarang ini secara interaktif dan transparan. Hal ini terjadi karena ada faktor C kelima, yakni connector.

Pergeseran 9 Elemen ke 12 C

Di kajian marketing era lawas, dikenal sembilan elemen terkait dengan pemasaran, seperti segmentasi, targetting, positioning, diferensiasi, marketing-mix, selling, brand, service, dan process. Kesembilan elemen ini berperan sebagai grand design landasan aktivitas bisnis perusahaan. Kesembilan elemen ini dirangkum jadi tiga elemen inti yang dikenal dengan PDB, positioning—differentiation—brand.

Di era horisontal ini, elemen-elemen itu bergeser. Intinya, pasar tidak lagi menjadi objek, melainkan subjek karena penciptaan nilai pemasaran akan bertambah kalau kita mau melibatkan pelanggannya. Pergeseran itu, misalnya, dari segmentasi ke komunitisasi, targetting ke confirmation, positioning ke clarification, differentiation ke codification. Sementara, bauran marketing 4P (product, price, place, promotion) bergeser menjadi co-creation, currency, communal activation, dan conversation. Selanjutnya, brand menjadi character, service menjadi care, process menjadi collaboration. Semua itu disebut dengan 12C. Berikut ringkasan pengertiannya:

  • Communitization
Di sini, pemasar kudu bisa membentuk suatu komunitas maupun memanfaatkan komunitas untuk mendukung aktivitas pemasaran. Dalam komunitas, ada ikatan antaranggota komunitas karena mereka memiliki faktor pengikat, seperti kesamaan hobi, interes, nilai, dan sebagainya.  Berbeda dengan segmentasi di mana antarnggota tidak saling kenal dan juga tidak peduli.

  • Confirming
Proses ini sejalan dengan langkah awal komunitisasi di atas. Usai kita bisa mengindentifikasi sejumlah komunitas, kita akan mengkonfirmasi ke komunitas mana kita akan bergabung.
  • Clarification
Klarifikasi dilakukan dengan menjelaskan persona maupun karakter kita kepada komunitas yang sudah kita confirm sebelumnya dengan memberikan jawaban siapa diri kita sebenarnya.
  • Codification
Kodifikasi merupakan proses memasukkan diferensiasi ke dalam “DNA” merek maupun pelanggannya. Perusahaan harus bisa mengindentifikasi perbedaan yang ada sampai ke “tingkat DNA” dan harus selalu terkonek  dengan para pelanggan sehingga mampu membuat produk yang sangat pesonal.
  • Co-creation
Langkah ini merupakan proses menciptakan produk dengan menjalin kemitraan dengan para pelanggan. Pelanggan dilibatkan dalam proses penciptaan produk.
  • Currency
Harga biasanya dimaknai secara tetap, sementara currency itu lebih fleksibel.
  • Communal Activation
Ini merupakan upaya mengaktifkan komunitas melalui pemimpin maupun aktivis komunitas sebagai pihak yang mampu memasarkan produk kepada para anggota komunitas lainnya.
  • Conversation
Ini merupakan upaya menciptakan percakapan, baik antara produsen dengan konsumennya maupun konsumen dengan konsumen lainnya. Berbeda dengan promosi yang sifatnya satu arah dan atas bawah. Dalam percakapan, semua pihak yang terlibat adalah sejajar.
  • Commercialization
Proses ini bersifat dua arah di mana terjadi pertukaran nilai antara perusahaan dan pelanggan. Tak seperti dalam selling, komersialisasi tidak dilakukan secara langsung. Ada pengoptimalan peran rekomendasi antaranggota komunitas itus sendiri maupun antarpelanggan.
  • Character
Merek di era serba transparan ini harus mempunyai karakter—berorientasi pada nilai-nilai seperti keadilan, cinta pada pelanggan, menghormati pesaing, dan sebagainya. Karakter adalah “the true self”. Sedangkan brand adalah “the cover". Sekarang ini, brand without character is nothing.
  • Caring
Caring is beyond service. Caring tidak sekadar melayani secara standar saja. Lebih dalam dari itu, care juga mengetahui apa yang menjadi kegelisahan dan impian dari orang-orang yang dilayani. Benar-benar memperlakukan orang yang dilayani sebagai subjek manusia.
  • Collaboration
Agar lebih kompetitif,  perusahaan tidak bisa berjalan sendiri. Ia harus mampu menjalin kolaborasi dengan banyak pihak. Dengan kolaborasi ini, perusahaan bisa menawarkan nilai lebih kepada pelanggan dan tentunya lebih kompetitif.

Selamat datang di era New Wave!

Referensi:
Tulisan dikutip dari Marketeers (http://the-marketeers.com/archives/mengenal-konsep-konsep-new-wave-marketing.html), diakses pada 25 Mei 2011.

ERP: Enterprise Resource Planning

Apa Itu ERP?

Enterprise resource planning software, atau ERP, tidak dapat kita maknai secara harfiah dari kepanjangannya. Lupakan kata planning dan lupakan kata resource karena terminologi tersebut tidak terlalu menjelaskan. Akan tetapi ingat bagian enterprise-nya. Karena bagian tersebut merupakan ambisi sebenarnya dari istilah ERP, yaitu ambisi untuk menyatukan seluruh departemen dan fungsi yang ada pada sebuah perusahaan kedalam sebuah sistem komputer terpadu yang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan spesifik dari departemen yang berbeda.

Sunggguh pekerjaan besar, membangun sebuah program komputer yang dapat melayani kebutuhan orang-orang di bagian keuangan sebaik pelayanannya kepada orang-orang HRD atau kepada orang-orang gudang. Setiap departemen-departemen itu secara khusus memiliki sistem komputernya sendiri yang sudah dirasakan optimum untuk keperluan kerja departemen masing-masing. Akan tetapi ERP mengkombinasikan semuanya menjadi satu kesatuan program komputer yang terpadu yang berjalan diatas database tunggal sehingga berbagai departemen itu dapat secara mudah saling berbagi informasi dan berkomunikasi satu dengan lainnya.

Pendekatan terpadu itu akan dirasakan manfaatnya jika perusahaan memasang software secara benar. Menangani pesanan pelanggan misalnya, secara khusus ketika pelanggan membuat pesanan, surat pesanan tersebut memulai perjalanan dokumen berbasis kertasnya dari keranjang yang satu ke keranjang lainnya di seputar perusahaan. Seringkali proses itu memerlukan penginputan dan penginputan ulang pada sistem komputer di departemen yang berbeda. Perjalanan panjang tersebut menyebabkan keterlambatan yang berujung pada kehilangan pesanan, dan seluruh proses input kepada sistem komputer yang berbeda selalu mengundang kesalahan. Sementara itu tidak ada seorangpun di dalam perusahaan mengetahui sebenarnya pada tahapan mana status order tersebut karena tidak ada otorisasi bagi orang yang ada di departemen keuangan untuk masuk ke sistem komputer yang dimiliki oleh bagian gudang untuk melihat apakah barang sudah dikirim. Sehingga kalimat “Anda harus menelfon orang gudang” adalah jawaban yang familiar yang sering di dengarkan oleh pelanggan yang frustasi.

ERP menggantikan sistem komputer independen di keuangan, HR, manufaktur, dan gudang dengan sebuah program tunggal yang terbagi menjadi beberapa module yang serupa dengan sistem sebelumnya yang terpisah. Area keuangan, manufaktur, dan gudang seluruhnya masih mendapatkan software-nya masing-masing, yang berbeda sekarang software-nya terhubung bersama sedemikian hingga seseorang di bagian keuangan dapat melihat software yang ditangani oleh bagian gudang untuk melihat apakah barang pesanan pelanggan sudah dikirim atau belum?. Sebagian besar vendor ERP bersikap fleksibel sehingga Anda dapat menginstal sebagian modul saja tanpa harus membeli paket utuhnya. Sejumlah perusahaan hanya akan menginstal ERP untuk kebutuhan modul keuangan atau HR dan tidak menggunakan modul sisanya hingga suatu saat dirasakan perlu.

Bagaimana ERP dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan?

Harapan terbesar dari penggunaan ERP adalah untuk menunjukan perbaikan cara perusahaan Anda mengambil dan mengelola pesanan pelanggan. Itulah sebabnya mengapa ERP seringkali dijadikan acuan sebagai software back-office. ERP tidak menangani proses penjualan di depan (meski sebagian besar vendor ERP juga telah membangun software CRM untuk melakukan hal tersebut); akan tetapi, ERP mengambil pesanan pelanggan dan menyediakan sebuah peta jalan untuk melakukan automasi pada setiap langkah. Ketika customer service anda menginput dokumen pesanan pelanggan pada sistem ERP, maka yang bersangkutan sudah memiliki seuruh informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi dokumen order tersebut (angka piutang pelanggan dan history pesanan dari modul keuangan, level inventory yang dimiliki peanggan dari modul gudang dan jadwal pengiriman melalui truk yang ada pada modul logistik).

Orang-orang yang berada pada departemen yang berbeda ini semuanya melihat informasi yang sama dan dapat meng-update-nya. Ketika sebuah departemen selesai dengan sebuah pesanan maka secara automatis akan diagendakan untuk dieksekusi oleh departemen berikutnya via sistem ERP. Untuk mencaritahu dimana pesanan pada saat tertentu, Anda hanya perlu untuk masuk kedalam sistem ERP dan lacak semuanya. Proses pergerakan surat pesanan akan terlihat dengan jelas posisinya didalam organisasi, yang pada gilirannya pelanggan akan mendapatkan pesanannya dilayani dengan lebih cepat dan dengan lebih sedikit kesalahan daripada sebelumnya. ERP dapat menerapkan keajaibannya kepada proses bisnis utama lainnya, seperti penggajian karyawan atau pembuatan laporan keuangan. Hal itu setidaknya yang menjadi mimpi dari ERP. Pada kenyataannya dilapangan yang terjadi tidak semulus yang dibayangkan.

Mari kembali ke permasalahan awal, proses tersebut mungkin tidak terlalu efisien akan tetapi dapat dibilang sederhana. Keuangan melakukan pekerjaannya, gudang melakukan pekerjaannya, dan jika ada hal yang salah terjadi di luar tembok-tembok departemen maka ini adalah kesalahan pihak lain. Sekarang tidak lagi. Dengan ERP, pekerjaan customer service tidak lagi sekedar mengetikkan nama seseorang ke dalam komputer dan menekan enter. Akan tetapi layar-layar ERP membuat para penggunanya memiliki sentuhan bisnis yang lebih baik. ERP menjangkau dari mulai posisi kredit pelanggan yang dikelola departemen dan posisi stok barang dagangan. Apakah pelanggan akan membayar tepat waktu? Akankah kita mampu untuk mengirimkan order tepat waktu? Hal-hal semacam ini yang tidak pernah di dijawab oleh customer service sebelumnya, dan jawaban ini pula lah yang mempengaruhi pelanggan dan setiap departemen di dalam perusahaan. Akan tetapi bukan hanya bagian customer service yang harus memahami ERP, bagian gudang yang menjadi penjaga inventory juga harus ikut dalam penggunaan sistem secara online. Jika tidak, bagian customer service hanya akan melihat level stok yang rendah di layar mereka dan memberitahukan customer bahwa barang yang mereka minta kosong persediaannya. Akuntabilitas, tanggung jawab, dan komunikasi tidak pernah difasilitasi sebaik setelah pemasangan ERP sebelumnya.

Orang-orang tidak terlalu menyukai perubahan, dan ERP meminta semua orang yang terlibat dengannya untuk mengubah cara mereka bekerja. Itulah sebabnya nilai-nilai manfaat dari ERP sulit sekali untuk diturunkan. Software menjadi tidak terlalu penting daripada managemen perubahan yang harus dimiliki oleh perusahaan. Jika Anda menggunakan ERP untuk meningkatkan cara orang-orang di perusahaan anda mengelola pesanan pelanggan, barang-barang pabrik, pengiriman dan penagihan, Anda akan melihat nilai tambah yang dari software. Sebaliknya jika anda ambil cara gampangnya, menginstall software saja tanpa mengubah cara kerja, Anda akan sulit untuk melihat nilai apapun didalamnya. Bahkan software baru hanya akan memperlambat cara anda bekerja jika posisinya hanya menggantikan software lama yang setiap orang sebelumnya sudah sangat mengenali software lama tersebut.

Referensi:
Artikel dikutip dari Guru Consulting (http://isi.guru-consulting.com/articles/40-articles/62-mengenal-erp.html) diakses pada 24 Mei 2011.

Mengatasi Rasa Malas di Tempat Kerja

Rasa malas kerap digambarkan sebagai hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan. Ini merupakan sejenis penyakit mental yang dapat berakibat buruk dan sangat merugikan. Perasaan malas dapat menyebabkan kinerja seseorang menjadi kacau karena tidak mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. Segala macam kesuksesan tidak akan menghampiri bila penyakit ini masih menempel dalam diri seseorang.

Menurut Edy Zaqeus, rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu. Yang termasuk dalam keluarga besar malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda pekerjaan, dan mengalihkan diri dari kewajiban. Malas berdampak terhadap produktivitas kerja. Karena malas, seseorang menjadi tidak produktif bahkan mengalami stagnasi. Badan terasa lesu, semangat dan gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya, kita tidak mempunyai kekuatan apa pun untuk bekerja secara optimal. Jika dibiarkan berlarut-larut, penyakit malas akan semakin ‘kronis’.

Negatif

Kebiasaan malas biasanya muncul lantaran kita suka mengaitkan pemikiran dengan sudut pandang yang negatif. Saat membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan atau kegiatan lain yang menjadi tanggung jawab kita, bukannya segera kita selesaikan pekerjaan itu, kita malah menundanya sehingga mengundang stres.

Untuk mengatasi rasa malas, kita harus membuat tujuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Tanpa tujuan yang benar, kita hanya bergerak secara naluriah. Posisi seperti ini akan membuat kita menjadi pasif, yang ditandai dengan selalu menunggu perintah, tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah kepada nasib. Untuk memunculkan gairah dan motivasi, kita harus berani memutuskan tujuan hidup kita.

Selain itu, Anda perlu selalu mengasah kemampuan. Dengan memiliki kemampuan yang baik, perasaan malas dapat segera diatasi. Dalam hal ini, Anda dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah di pekerjaan karena memiliki kemampuan untuk melakukannya. Dengan sendirinya, ini akan memperkuat rasa percaya diri, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat. Sebaliknya, bila kita menolak aktivitas pembelajaran, komitmen kita akan melemah yang pada gilirannya dapat menurunkan semangat kerja dan menimbulkan kemalasan yang berkepanjangan.

Menambah pergaulan juga dapat mengatasi rasa malas yang timbul di kantor. Sebaiknya Anda jangan terlalu lama duduk berdiam diri. Dengan bangkit dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun serta semangat dalam melakukan pekerjaannya, akan membangkitan motivasi kita untuk bekerja. Pancaran optimisme dan semangat itu dapat menginspirasi kita, bahkan menularkan semangat yang sama kepada orang lain. Selain itu, menerapkan disiplin dalam aktivitas sehari-hari merupakan obat mujarab untuk menumbuhkan kebiasaan positif dalam diri kita.

Bangkit dari Malas

Bila segala daya dan upaya telah Anda lakukan namun perasaan malas itu tetap bercokol dalam diri Anda, maka cobalah tips yang telah dipraktikkan oleh Rahmadsyah, seorang Mind-Therapist, ini. Menurutnya, seseorang yang mengetahui bahwa dirinya sedang malas dapat menggunakan perasaan itu sebagai alat untuk mencapai hasrat terbesar. Bagaimana caranya? Berikut ini cara yang pernah ia praktikkan:

Pertama, control the state.

Jika rasa malas merasuki tubuh dan pikiran Anda, segeralah mengubah kondisi fisik Anda. Kalau tadinya Anda duduk dengan bahu agak turun ke bawah, sehingga tubuh Anda tak bertenaga, lemah, lesu, letih, dan loyo, sekarang bangkitlah dan berdiri tegak. Lihat ke atas, tarik napas yang dalam, kemudian hembuskan kembali. Lakukan sebanyak 3x atau sampai Anda merasa nyaman.

Kedua, visualisasikan mimpi Anda.

”Saya pernah mempraktikkan ini bersamaan dengan control the state dan hasilnya luar biasa,” ungkap Rahmadsyah. Anthony Robbins juga menuliskan dalam bukunya Awaken The Giant Within bahwa salah satu penyebab seseorang tidak termotivasi hingga jadi tidak bersemangat dan bermalas-malasan, karena mimpi-mimpi yang Anda tulis atau Anda inginkan, kurang menginspirasi Anda untuk bertindak. Tatkala Anda mencoba memvisualisasikannya, Anda telah melakukan perubahan besar. Anda telah mengganti pikiran dan fokus, dari tatapan kosong, blank, tidak tahu harus melakukan apa menjadi terisi gambaran besar akan terwujudnya cita-cita Anda. Semakin kuat visualisasi Anda, gambar, suara, semakin detail Anda melakukannya, semakin besar pula khasiatnya.

Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam mimpi. Jadi, kalau kita ingin sukses, buanglah perasaan malas Anda dan bangkitlah!

Referensi:
Artikel dikutip dari tulisan Muchamad Irfand di PortalHR (http://www.portalhr.com/tips/2id228.html) diakses pada 23 Mei 2011.

Citibank vs. Prinsip Ekonomi Syariah

Citibank ramai dibicarakan publik tanah air setelah tersandung kasus pembobolan dana nasabah oleh Inong Malinda atau Melinda Dee dan meninggalnya salah satu nasabah kartu kredit, Irzen Octa pada saat berurusan dengan Debt Collector. Sangsi dan hukuman telah dijatuhkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas, dan bukan tidak mungkin sangsi akan diperberat jika bukti-bukti baru ditemukan dari proses pengadilan yang sedang berlangsung.

Dua pelanggaran fatal yang berbeda, terjadi dalam waktu hampir bersamaan, di bank yang sama, sulit untuk dikatakan sebagai penyimpangan yang terjadi secara kebetulan. Di Indonesia Citibank telah berkiprah selama 42 tahun dan merupakan bank asing terbesar. Inovasi produknya banyak menjadi role model bagi perbankan tanah air. Penghargaan sebagai bank terbaik di Indonesia bahkan pernah disandang Citibank selama sembilan kali berturut-turut. Tapi mengapa tiba-tiba Citibank tersandung kasus kejahatan perbankan sangat serius?

Apa Sebab praktek debt collector Citibank akhir-akhir ini ramai dikeluhkan oleh sebagian nasabahnya hingga mencapai puncaknya dengan tewasnya Irzen Octa? Apa sebabnya Citibank seolah terhipnotis oleh sepak terjang Inong Malinda, sehingga bank bereputasi internasional itu terjerumus ke dalam penyimpangan standar operasional prosedur dalam beberapa aspek? Pasti semua sepakat, sebabnya adalah target mendapat untung besar dan untung besar, apapun dan bagaimanapun. Mendapat untung adalah tidak salah dan sah-sah saja dalam kegiatan ekonomi. Namun apa yang keliru dari Citibank Indonesia dalam mengejar target keuntungan tersebut?

Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam

Tujuan bekerja dan berkegiatan ekonomi dalam Islam tidak semata-mata untuk mendapat keuntungan secara fisik dan kenikmatan duniawi. Tujuan utama bekerja dan berkegiatan ekonomi dalam Islam adalah untuk meraih falah, yakni kemuliaan, kemenangan dan kebahagiaan dunia akherat. Dalam ekonomi Islam, tujuan utama kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi bukanlah memaksimalkan keuntungan/manfaat fisik, sebagaimana dalam teori ekonomi konvensional, karena itu  hanyalah sebagian tujuan saja, masih ada tujuan lain yang lebih besar yakni memaksimalkan keberkahan. Gabungan manfaat/keuntungan fisik dan keberkahan itulah yang disebut maslahah. Jadi tujuan kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi dalam rangkaian kegiatan ekonomi Islam adalah memaksimalkan maslahah. Sehingga target keuntungan nominal bukanlah diposisikan sebagai titik akhir atau harga mati yang harus ada pada waktu yang ditentukan manusia.

Seluruh proses kegiatan ekonomi Islam diarahkan kepada jalan menuju maslahah, jika ada jalan menuju manfaat/keuntungan fisik yang menggiurkan namun tidak mengandung keberkahan yang artinya berseberangan dengan nilai-nilai syariah pasti akan diabaikan. Sebab keuntungan/manfaat fisik tanpa adanya keberkahan sebenarnya yang sedang terjadi adalah proses membangun kerugian untuk dirinya sendiri tanpa disadari. Sepanjang sejarah, baik secara perhitungan makro maupun mikro, tidak ada kecurangan dan kejahatan bisnis yang tidak mendatangkan malapetaka sosial ekonomi di kemudian hari. Malapetaka itu pun tidak harus berupa kehilangan material yang bernilai nominal tertentu, namun bisa berupa kehidupan yang tidak berkah, penuh dengan kegelisahan, ketakutan, dan senantiasa disibukkan dengan urusan dunia yang tiada habisnya yang hanya mendatangkan kebahagiaan palsu dan menguras energi, biaya dan waktu secara sia-sia.

Dalam sistem ekonomi konvensional, kelangkaan/keterbatasan sumber daya dan kebutuhan manusia yang tak terbatas dipandang sebagai akar dari permasalahan ekonomi baik secara makro maupun mikro. Tidak demikian dalam pandangan Islam, sebab Allah Swt menciptakan alam semesta ini untuk manusia sepenuhnya dengan takaran yang tepat tentunya sehingga memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan makhlukNya.  Kelangkaan sumber daya yang terjadi lebih diakibatkan karena perilaku berlebih-lebihan/boros (israf), serakah, melampaui batas, dan zalim.  Selain disebabkan karena perilaku buruk tersebut juga diakibatkan adanya distribusi sumber daya yang tidak merata, keterbatasan manusia dalam ilmu dan teknologi serta konflik antar tujuan yang tidak dikelola dan dikoordinasikan dengan baik diantara manusia. Sehingga kelangkaan yang timbul hakekatnya merupakan kelangkaan relatif, bukan kelangkaan riil.

Maka ketika kebutuhan dan keinginan manusia senantiasa berlomba-lomba menuntut untuk dipenuhi setiap waktu, Islam telah mengatur konflik tersebut dengan menetapkan tingkatan maslahah, yakni dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyatMaslahah dharuriyat adalah   kemaslahatan yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia dalam menjamin tegaknya lima hal pokok yakni agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Maslahah hajiyat adalah kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan dharury, sebagai pendukung/sarana menuju lima hal pokok itu. Maslahah tahsiniyat adalah kemaslahatan yang sifatnya pelengkap bagi kemaslahatan sebelumnya. Jadi keseluruhan kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi manusia adalah serangkaian proses memaksimalkan maslahah, guna memenuhi kebutuhan dan menjaga aqidah, jiwa, akal, keturunan dan harta untuk mencapai falah. Sebaliknya segala usaha yang menyebabkan rusaknya 5 hal pokok tersebut dilarang keras oleh Allah Swt.

Dalam konteks mencapai falah itu, Islam memberi pedoman apa saja yang dilarang dan diperbolehkan dalam kegiatan ekonomi dan keuangan. Secara garis besar pelarangan utama pada praktek ekonomi dan keuangan Islam meliputi hal sebagai berikut:
  1. Praktek maisir atau tindakan spekulasi/judi, akibat tindakan spekulasi ini akan menimbulkan zero sum game, yang artinya satu pihak mendapat keuntungan dengan cara mengorbankan/menzalimi pihak lain tanpa ada pengganti nilai tambah yang setara dengan pengorbanannya tersebut.
  2. Praktek gharar atau ketidakjelasan dalam hal akad, transaksi, informasi, kualitas, serta kuantitasnya.
  3. Praktek riba atau memungut keuntungan/tambahan tanpa melalui transaksi riil yang memiliki nilai tambah, atau dalam kata lain to have something out of nothing.
  4. Praktek risywah atau suap menyuap.
  5. Segala cara yang berdampak menzalimi pihak lain dan mengandung kegiatan maksiat.
  6. Yang mengandung zat yang diharamkan seperti alkohol, daging babi, bangkai, darah, binatang buas dan menjijikan, dll
  7. Dan lain-lain yang secara spesifik merupakan turunan atau variasi dari praktek-praktek di atas.
Kegiatan bisnis Islam yang diperbolehkan adalah jual beli, sewa menyewa dan bisnis berbasis bagi hasil. Sehingga margin jual beli, biaya sewa/fee/ujrah dan nisbah bagi hasil merupakan sistem perhitungan yang direkomendasikan Islam dalam memperoleh keuntungan/tambahan. Intinya adalah seluruh transaksi ekonomi harus memiliki underlying asset, atau adanya barang/jasa secara riil dalam setiap transaksi. Sehingga pemisahan antara sektor riil dan moneter dilarang dalam Islam. Ekonomi Islam hanya memperbolehkan one monetary unit for one real asset. Prinsip tersebut sangat ampuh menekan ketidakadilan dan kecurangan bisnis yang ditimbulkan dari transaksi dan akad yang manipulatif, akibat pemisahan sektor riil dan moneter.

Selain praktek-praktek dan zat yang dilarang tersebut, selebihnya semuanya diperbolehkan. Jadi sebenarnya lahan yang dilarang hanya sebagian kecil, masih jauh lebih banyak dan lebih luas kegiatan yang diperbolehkan. Tapi mengapa sebagian dari kita merasa sempit untuk lahan yang luas itu, dan merasa luas untuk lahan yang yang dilarang/yang sempit tersebut?

Jika prinsip-prinsip tersebut dilanggar tentulah akan merusak aqidah, jiwa, akal, keturunan, dan harta manusia menjadi tidak berkah, dan secara makro akan melahirkan perekonomian yang labil/rawan krisis dan akan mudah diikuti dengan problemantika sosial ekonomi dan kejahatan global yang bersifat sistemik.

Penutup

Benang merah pada dua kasus yang terjadi di Citibank dan juga kejahatan bisnis dan perbankan lainnya yang marak terjadi saat ini, jika dihadapkan dengan prinsip ekonomi syariah adalah telah menjadikan keuntungan/manfaat fisik sebagai titik akhir atau tujuan terbesarnya. Sehingga ketika muncul kasus yang menguji ketahanan moral dan etika dalam proses mengejar keuntungan, mudah tergelincir ke dalam cara yang mengabaikan hakekat tujuan manusia berekonomi yakni maslahah guna mencapai falah.

Ketika materi dan kenikmatan dunia menjadi daya pikat utama, maka pertimbangan maslahah yang meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap agama, jiwa, akal, keluarga, dan harta secara komprehensif tidak akan dipedulikan lagi.

Profesionalisme dan target maksimalisasi keuntungan harus dalam bingkai moral dan etika bisnis, yang secara agregat akan membentuk peradaban dunia, dimana harkat dan martabat manusia mendapatkan tempat tertinggi. Di luar bingkai moral dan etika tersebut hanya akan membentuk manusia ekonomi yang selalu terpusat pada kepentingan diri sendiri, dan satu-satunya tanggung jawab sosial manusia ekonomi adalah memaksimalkan keuntungan dengan berbagai cara.

Referensi:
Artikel dikutip dari tulisan karya Ir Any Setianingrum, MESy seorang akademisi dan pemerhati ekonomi syariah yang dimuat dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/opini/11/05/16/ll9l6w-citibak-vs-prinsip-ekonomi-syariah, diakses pada 20 Mei 2011.

Ayo Mengenal Saham

Kata-kata saham sudah tidak asing bagi kita terutama yang terbiasa dengan bidang manajerial. Sebagai salah satu alternatif investasi, saham menjadi pilihan menarik bagi para investor untuk mengembangkan dana yang mereka miliki. Terlebih dengan berkembangnya internet, kegiatan jual beli saham tidak lepas pula dari aktivitas online. Berikut dipaparkan sedikit penjelasan mengenai saham yang sangat bermanfaat bagi kita yang ingin lebih serius dalam bidang investasi saham.

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
  • Deviden
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham – atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
  • Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.

Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
  • Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
  • Risiko Likuiditas
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.

Referensi:
Blog Kominitas Pasar Modal (http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/2009/08/13/mengenal-saham/) diakses tanggal 20 Mei 2011.

Tema Riset di Bidang Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi

Pendahuluan

Sumberdaya manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah organisasi karena SDM merupakan intangible asset. Artinya, SDM dalam sebuah organisasi dapat dijadikan keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh organisasi lain. Selain itu, sumberdaya manusia yang dimiliki oleh organisasi juga dapat menjadi sebuah keunikan (distinctiveness) tersendiri bagi organisasi. Keunikan tersebut dapat tercipta dengan adanya proses, perilaku dan praktek-praktek SDM yang sulit ditiru oleh oleh organisasi lain karena proses tersebut menghasilkan interaksi antarindividu yang menghasilkan knowledge, social capital dan human capital. Keunikan organisasi yang tercipta melalui proses, perilaku dan praktek SDM ini merupakan sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Purnomo, 2003).

Posisi SDM bagi organisasi semakin penting setelah adanya pergeseran peran bidang SDM itu sendiri. Pengelolaan sumberdaya manusia tidak lagi hanya mengurus pekerjaan yang sifatnya administratif seperti pengadaan seleksi karyawan baru, pengurusan penempatan kerja, mengadakan pelatihan dan pengembangan, pemberian gaji dan pemutusan hubungan kerja. Tetapi, peran SDM sudah bergeser menjadi lebih luas dan krusial bagi organisasi. Ulrich (1997) menyatakan bahwa peran SDM saat ini adalah sebagai partner strategik, ahli organisasi (administrative expert), employee champion, dan agen perubah.

Peran sebagai partner strategik berarti para praktisi SDM terlibat dalam proses strategi organisasi, mulai dari perencanaan sampai dengan eksekusi strategi tersebut. Manajemen SDM-lah yang akan menyiapkan orang-orang untuk realisasi strategi yang telah ditetapkan. Peran sebagai ahli organisasi berarti para praktisi SDM harus menyiapkan program pengembangan infrastruktur organisasional yang kondusif, titik tekannya adalah reengineering proses organisasional. Peran sebagai employee champion berarti SDM harus mampu meningkatkan kapabilitas karyawan yang titik tekannya adalah pemenuhan kebutuhan karyawan. Peran sebagai agen perubah berarti SDM harus mampu menjadi pelopor perubahan dan menjadikan perubahan sebagai sebuah budaya dalam organisasi.

Isi dan Pembahasan

Berdasarkan peran-peran baru SDM tersebut, maka mahasiswa yang menempuh konsentrasi SDM harus menguasai berbagai kompetensi yang terkait dengan strategi, keperilakuan, perubahan organisasi dan pengelolaan SDM itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menyiapkan kompetensi tersebut, mahasiswa konsentrasi SDM harus menguasai ilmu yang terkait dengan manajemen strategik, manajemen perubahan, perilaku keorganisasian, dan manajemen SDM.

Penguasaan berbagai ilmu tersebut akan semakin matang bila ada perpaduan yang sinergis antara teori dan praktek. Salah satu metode untuk memadukan kedua hal tersebut adalah dengan melakukan riset atau penelitian. Penelitian di bidang SDM tidak hanya melulu membahas mengenai teori saja, justru penelitian di bidang SDM memiliki kontribusi yang besar untuk di aplikasikan. Sebagai contoh, ada begitu banyak variabel yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam sebuah organisasi. Salah satu variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah kepuasan kerja. Ketika hasil penelitian menunjukan bukti empiris bahwa kinerja ditentukan oelh kepuasan kerja seseorang, maka organisasi sebaiknya melakukan berbagai program kerja yang terkait dengan peningkatan kepuasan kerja.

Tema penelitian dalam bidang atau konsentrasi SDM sangat luas karena meliputi beberapa mata kuliah yaitu manajemen strategik, manajemen perubahan, perilaku keorganisasian dan manajemen SDM itu sendiri. Namun demikian, penelitian konsentrasi SDM masih di dominasi tema-tema yang terkait dengan manajemen SDM itu sendiri dan perilaku dalam organisasi. Tema penelitian di bidang manajemen SDM biasanya dilakukan pada level organisasi, sedangkan penelitian di bidang perilaku organisasi dilakukan pada level individual. Berikut ini akan dikemukakan berbagai tema penelitian di bidang SDM dan perilaku organisasi.


Tema-tema penelitian di bidang manajemen SDM:
  • HR Strategy (strategi manajemen sumberdaya manusia)
  • HR Effectiveness (efektivitas kebijakan manajemen SDM)
  • HR Capabilities (kapabilitas manajemen SDM)
  • HR Practices (praktek-praktek manajemen SDM)
  • HR Development (pengembangan SDM)
  • Talent Management (manajemen bakat)
  • Tacit Knowledge
  • Training Evaluation (efektivitas pelatihan)
  • HR Scorecard
  • HR Costing (pengukuran biaya sumberdaya manusia)
  • HR Competencies (kompetensi SDM)
  • HR Information System (sistem informasi SDM)
  • International HRM (sumberdaya manusia internasional/manajemen lintas budaya)
  • Strategic HRM (sumberdaya manusia strategik)
  • Performance Appraisal (penilaian kinerja)

Tema-tema Penelitian di Bidang Perilaku Keorganisasian:
  • Motivation (Need for Achievement; Need for Affiliation; Need for Power)
  • Job Satisfaction
  • Compensation
  • Job Involvement
  • Job Characteristics
  • Job Commitment
  • Career Commitment
  • Union Commitment
  • Commitment to Change
  • Organizational Commitment (Affective Commitment; Low Continuance Commitment; High Continuance Commitment; Normative Commitment)
  • Organizational Citizenship Behavior
  • Turnover Intention
  • Intention to Quit
  • Entrepreneurial Characteristics
  • Job Performance
  • Abusive Supervision
  • Deviance Behavior
  • Work Romantic
  • Attitude Toward to Change
  • Islamic Work Ethic
  • Empowerment
  • Absenteeism
  • Career development
  • Job Stress
  • Burnout
  • Learning Style
  • Learning Orientation
  • Innovativeness and Creativity
  • Mentoring
  • Emotional Intelligence
  • Work Family Conflict
  • Family Work Conflict
  • Person Organization Fit
  • Communication Satisfaction
  • Work Climate
  • Employee Engagement
  • Psychological Contract
  • Organizational Justice
  • Organizational Learning
  • Organizational Climate
  • Organizational Culture
  • Organizational Memory
  • Organizational Support
  • Organizational Trust
  • Organizational Solidarity
  • Organizational Characteristic
  • Organizational Change
  • Organizational Performance
  • Organizational Effectiveness
  • Organizational Politics
  • Role Conflict
  • Role Ambiguity
  • Role Stress
  • Work Environment
  • Work Diversity
  • Leader Member Exchange
  • Job Rotation
  • Career Satisfaction
  • Career development
  • Career Management
  • Career Success
  • Quality of Work Life
  • Sexual Harassment in Work
  • Spirituality in Organization
  • Impression Management
  • Job Complexity

Tema Perilaku Keorganisasian Terkait dengan Kepribadian:
  • The Big Five (Openness to Experience; Conscientiousness; Extroversion; Agreeableness; Neuroticism)
  • Type A and Type B
  • Machiavellianism
  • Risk Taking
  • The Myers-Briggs Type Indicator
  • Emotional Stability
  • Positive Affectivity and Negative Affectivity
  • Self-Efficacy
  • Self-Esteem
  • Self-Management
  • Self-Leadership
  • Self-Censorship
  • Self-Monitoring
  • Locus of Control

Tema Penelitian Terkait dengan Kepemimpinan:
  • Transformational, Transactional, Laissez Faire
  • Supportive, Directive, Achievement Oriented, Participative
  • Employee Centered, Job Centered
  • Charismatic Leadership
  • Servant Leadership
  • Self-Leadership
  • Self-Sacrifice Leadership
  • Islamic Leadership

Penutup

Riset dibidang sumberdaya manusia semakin penting karena tidak hanya menyangkut pengelolaan dan strategi, tetapi juga menyangkut perilaku manusia yang sangat beragam dan berubah-ubah. Selain itu, riset di bidang ini juga menjadi penting seiring dengan berkembangnya peran SDM itu sendiri bagi organisasi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penelitian SDM adalah: pertama, menentukan tema yang diminati. Kedua, mencari jurnal utama sebagai acuan pokok. Ketiga, mencari referensi pendukung. Keempat, membuat model penelitian dengan fokus pada beberapa variabel (tidak terlalu banyak). Kelima, menentukan alat analisis yang akan digunakan dan harus konsisten dengan tujuan penelitian. Keenam, pertimbangan dalam kemudahan mendapatkan data. Ketujuh, model rumit bukan berarti bagus, yang terpenting adalah pembahasan hasil penelitian (not only What, But also Why).

(Dikutip dari http://abughifar-ibadurrahman.blogspot.com/2008/05/berbagai-tema-riset-di-bidang-sdm-dan.html diakses pada tanggal 3 Mei 2011)

Grounded Research

Survai merupakan pendekatan kuantitatif, sedangkan pendekatan titik berat grounded research adalah pada pendekatan kualitatif. Data terutama dikumpulkan melakui wawancara bebas. Seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss, grounded research merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari “stagnasi teori” dalam ilmu-ilmu sosial, dengan penitikberatan pada sosiologi. Kritik dilontarkan baik kepada pendekatan yang kuantitatif maupun yang kualitatif yang selama ini dilakukan.

Kedua pengarang tersebut mengkritik ketertarikan para peneliti yang berlebihan terhadap teori-teori yang sangat umum (grand theories) dari tokoh-tokoh besar seperti Weber, Parsons, Veblen, Cooley, dan lain-lain. Ini menjurus kepada studi verifikasi yang bermunculan seperti jamur di musim hujan, yakni verifikasi dari teori-teori tersebut melalui pendekatan kuantitatif dan tes statistik. Hasil akhir dari penelitian merupakan verifikasi dari teori atau hipotesa, untuk diterima atau ditolak.

Dengan demikian penelitian tidak bertitik tolak dari data atau situasi sosial tersebut, tetapi dari konsep, hipotesa dan teori yang sudah mapan, yang mungkin sekali tidak relevan untuk situasi sosial yang khas dari masyarakat  yang diteliti. Karena sifatnya verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah tersedia, maka teori-teori baru tidak tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, terkadang timbul teori baru tetapi tidak pula berlandaskan data, jadi telepas dari data.

Grounded research menyajikan suatu pendekatan yang baru. Data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data, dan karena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan konsep-konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

Di dalam buku Alfian (ed.), yang berjudul Segi-segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh: Hasil Penelitian dengan Metode Grounded Research (1977), digambarkan dengan baik mengapa dipilih grounded research untuk para peserta Pusat Latihan Ilmu-ilmu Sosial di Banda Aceh. Pendekatan itu menggunakan observasi berpartisipasi – sebagai yang lazim dilakukan oleh  sarjana antropologi – mengembangkan konsep-konsep di lapangan, dan peneliti terlibat secara penuh dalam penelitiannya dari awal sampai akhir. Jadi berbeda dengan penelitian survai yang  mengandalkan pewawancara dalam pengumpulan data, kadang-kadang peneliti utama tidak pernah tinggal di daerah penelitian dan malah tidak mustahil bahwa dia tidak pernah ke lapangan untuk penelitian tersebut.
(Dikutip dari artikel karya Masri Singarimbun yang berjudul “Metode dan Proses Penelitian” dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Survai” terbitan tahun 1989).

Penelitian Survei

Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa penelitian survei menitikberatkan pada: (1) kuesioner sebagai alat utama pengumpulan data; dan (2) data diambil hanya dari sekelompok sampel dari sebuah populasi di mana sampel tersebut dianggap mewakili dari keseluruhan populasi.

Selanjutnya, secara umum yang menjadi unit analisa dalam penelitian survei adalah individu. Namun pada penelitian tertentu mungkin bukan merupakan unit individu tetapi sebuah unit pasangan atau kelompok. Jadi, unit analisa ini perlu sekali diperhatikan, terutama bagi mereka yang masih tergolong dalam kelompok peneliti muda.

Penelitian survei ini dapat digunakan untuk maksud sebagai berikut: (1) penjajagan (eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (explanatory/confirmatory), yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi; (5) prediksi atau meramalakan kejadian tertentu di masa yang akan datang; (6) penelitian operasional; dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Penelitian penjajagan atau eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari. Pengetahuan peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk dapat melakukan studi deskriptif. Kemudian, penelitian deskriptif sendiri dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Apabila untuk data yang sama peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research). Jadi perbedaan pokok antara penelitian deskriptif dan penelitian penjelasan tidaklah terletak pada sifat datanya, melainkan pada sifat analisisnya.

Berbicara masalah kegunaan, penelitian survei berguna untuk mengadakan evaluasi. Hal yang perlu dijawab adalah sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai. Selanjutnya, hasil penelitian survei dapat pula digunakan untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena sosial tertentu, seperti hal yang menyangkut pendapat umum mengenai keadaan sosial politik, ekonomi, gaya hidup masyarakat tertentu, dan lain-lain. Ada kalanya juga hasil penelitian survei ini digunakan untuk mengadakan proyeksi, seperti jumlah penduduk, tingkat ekonomi, minat beli masyarakat, dan lain-lain yang sangat berguna dalam berbagai proses pengambilan keputusan.

Akhir-akhir ini penelitian survei banyak digunakan untuk berbagai penelitian operasional, yaitu untuk menganalisis dan menentukan variabel-variabel yang berkaitan dengan aspek operasional suatu masalah penelitian. Setelah diketahui variabel tertentu yang mengakibatkan terjadinya masalah penelitian, maka selanjutnya dilakukan identifikasi untuk mengatasi masalah tersebut.

(Diolah dari artikel karya Masri Singarimbun yang berjudul “Metode dan Proses Penelitian” dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Survai” terbitan tahun 1989).

Penelitian Eksperimen

Penelitian  eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat variabel penelitian. Pelaksanaannya memerlukan konsep dan variabel yang jelas sekali dan pengukuran yang cermat. Penelitian eksperimen mungkin dilakukan di laboratorium, di kelas, atau lapangan. Kiranya jelas bahwa lebih mudah melakukan penelitian eksperimen di labratorium daripada di lapangan, karena alat-alat yang khusus dan lengkap dapat tersedia di laboratorium dan pengaruh luar dapat dengan mudah dicegah selama eksperimen berlangsung.

Eksperimen dapat dilakukan tanpa atau dengan kelompok pembanding (control group). Misalnya, ada sebuah film tentang transmigrasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keinginan masyarakat untuk bertransmigrasi. Untuk itu dipilih sebuah kelomok eksperimen dan mereka diwawancarai (pre-test) dengan menggunakan kuesioner yang khusus dibuat untuk studi itu. Lalu film yang merupakan stimuli eksperimen dipertunjukkan. Sesudah kelompok yang sama diwawancarai (post-test) dengan kuesioner yang sama. Hasil pre-test dan post-test dibandingkan untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap bertransmigrasi sebagai akibat stimulus eksperimen.

Dalam penelitian eksperimen yang tidak menggunakan kelompok kontrol hasil penelitian tersebut diragukan keabsahannya, karena beberpa variabel yang mengancam atau yang melemahkan validitas penelitian tidak dikontrol. Misalkan, respons terhadap kuesioner menunjukkan adanya perubahan sikap, maka timbulah pertanyaan: apakah perubahan sikap itu terjadi karena melihat film itu, ataukah karena kesadaran bahwa mereka diuji, kesadaran yang mengubah respon mereka terhadap pertanyaan yang diajukan pada tahap kedua.

Untuk menghindarkan masalah tersebut, berbagai penelitian eksperimen menggunakan kelompok pembanding (control group). Jadi dalam contoh tentang film transmigrasi di atas, dipilih dua kelompok yang mempunyai ciri-ciri dan sikap terhadap transmigrasi yang kurang lebih sama, satu sebagai kelomok eksperimen dan yang satu lagi sebagai kelompok pembanding. Film hanya dipertunjukkan kepada kelompok eksperimen. Kedua kelompok diwawancarai dua kali; yang satu diselingi dengan pertunjukkan film sebagai stimulus, sedangkan yang satu lagi tidak. Hasilnya dibandingkan untuk mengetahui apakah stimulus eksperimen memberikan pengaruh atau tidak.

Perlu pula diperhatikan, apakah ada pengaruh variabel lain selama eksperimen tersebut. Misalnya, distribusi pamflet KB dihipotesakan mempengaruhi penerimaan kontrasepsi modern. Dipilih desa eksperimen dan desa kontrol. Lalu diadakan intervensi di desa eksperimen tersebut. Kemudian dibandingkan antara penerimaan KB di desa eksperimen dan di desa pembanding.

Dalam hal ini perlu sekali diperhatikan variabel lain yan mempengaruhi, karena efeknya dapat membatalkan eksperimen itu sama sekali. Umpama ada tambahan PLKB (Petugas Lapangan KB) atau bidan di desa eksperimen, yang mungkin lebih besar pengaruhnya daripada pamflet yang diedarkan tersebut. Atau sebaliknya, kalau hal tersebut terjadi di desa pembanding, maka fungsinya sebagai pembanding menjadi kabur.

(Dikutip dari artikel karya Masri Singarimbun yang berjudul “Metode dan Proses Penelitian” dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Survai” terbitan tahun 1989.)

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

Kata sistem manajemen akan selalu muncul dalam benak anda setiap kali bicara tentang ISO 9001, ISO 14001, ISO TS-16949 dan standar-standar sistem manajemen lain. Apa sebetulnya sistem manajemen?

Pertama tentang sistem. Apa itu sistem? Kata “sistem” muncul dalam banyak kombinasi;: sistem komputer, sistem keamanan, sistem akuntansi, sistem pemerintahan dan beribu-ribu kata lain yang bisa disandingkan dengan sistem. Sistem adalah kesatuan berbagai komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi kata kuncinya adalah ‘komponen-komponen’ dan ‘tujuan’. Contohnya, Sistem komputer adalah kesatuan dari berbagai komponen: software, monitor, hardisk, keyboard dll yang saling berkaitan untuk melakukan komputasi. Sistem keamanan adalah kesatuan dari berbagai komponen: security personnel, peralatan, pos jaga dll untuk melakukan pengamanan.

Sistem Manajemen Mutu

Bagaimana dengan sistem manajemen mutu? Arti kata dasar dari manajemen adalah pengaturan. Maka sistem manajemen mutu adalah kesatuan dari berbagai komponen (komponen dalam hal ini adalah prosedur, manual, struktur organisasi, kebijakan dan sebagainya) untuk melakukan pengaturan aktifitas-aktifitas yang mempengerahui mutu produk atau pelayanan yang dihasilkan organisasi.

Banyak orang yang mempersepsikan sistem manajemen mutu sebagai sekumpulan dokumen prosedur, manual, instruksi kerja yang terkait dengan mutu. Atau lebih sederhana lagi sebagai ‘satu bundle dokumen mutu’. Persepsi tersebut sebetulnya tidak terlalu salah, karena komponen dari sistem manajemen manapun adalah hal hal yang bersifat mengatur yang biasanya dalam bentuk tertulis. Masalahnya adalah apakah sistem tersebut dapat secara efektif diterapkan atau tidak. Apakah segala aturan tertulis tersebut dapat diterapkan dan membuat kinerja mutu organisasi menjadi baik atau tidak.

Bila seseoran ditanya ’mana sistem manajemen mutu organisasi anda?’ dan dia menunjukkan satu set prosedur, manual dan dokumen lainnya, dia tidak salah. Telunjuknya sudah menunjuk pada obyek yang tepat. Tetapi bila ternyata segala aturan dalam prosedur, manual jauh berbeda dari apa yang dilakukan oleh orang orang dalam organisasi tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sistem manajemen mutu yang ditunjuk bukan sistem manajemen organisasi tersebut. Atau kesimpulan yang lebih ringan, sistem manajemen mutu yang ditunjuk tidak ada gunanya bagi organisasi tersebut.

Setiap hal yang bersiafat ‘aturan’ tidak akan ada gunanya bila tidak dipatuhi. Aturan selalu berpasangan pada implementasi. Begitu juga dengan sistem manajemen mutu. Kita tidak bisa menilai bagus atau tidaknya sistem manajemen mutu suatu organisasi dari sekumpulan dokumen kebijakan, struktur organsiasi, prosedur, instruksi kerja saja, tetapi dari sejauh mana sekumpulan dokumen tersebut diterapkan dan efektif memperbaiki dan menjaga kinerja mutu organisasi.

Merancang Sistem Manajemen Mutu

Sebagaimana diuraikan diatas, sistem manajemen mutu adalah kesatuan dari kebijakan, prosedur, manual, struktur organisasi dan aturan aturan lain untuk mengatur aktifitas-aktifitas terkait dengan mutu. Maka merancang sistem manajemen mutu tidak lain adalah merancang berbagai hal tersebut (kebijakan, prosedur, manulan dan lain-lain). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa merancang sistem manajemen mutu adalah merancang berbagai aturan terkait dengan mutu, dimana berbagai aturan tersebut nantinya saling berkaitan dan membentuk sebuah sistem manajemen mutu.

Aturan apa yang harus dirancang? Pastinya adalah setiap aktifitas yang mempengaruhi mutu produk. Aktifitas-aktifitas yang mempengaruhi mutu dalam setiap organisasi berbeda-beda, tergantung dari jenis organisanya (Manufaktur atau jasa) dan juga tergantung dari produknya (misalnya, aktifitas yang mempengaruhi mutu dalam organisasi penyedia jasa kesehatan tentu berbeda dengan jasa konstruksi).

Contoh dari aktifitas yang harus diatur dalam merancang sistem manajemen mutu yang spesifik di organsiasi manufaktur: perancangan produk, perancangan proses produksi, penjadwalan produksi, produksi, inspeksi dan pengujian, pemeliharaan alat produksi dan sebagainya.

Contoh aktifitas yang harus diatur dalam merancang sistem manajemen mutu yang spesifik di organisasi pendidikan: Penerimaan siswa, perancangan kurikulum, pengujian kurikulum, penjadwalan kelas, proses belajar mengajar, evaluasi proses belajar mengajar, remedial dan sebagainya.

Beberapa aktifitas yang mempengaruhi mutu berikut ada dalam setiap organisasi manapun seperti pembelian, rekrutmen personil, pelatihan, pengendalian dokumen, pengendalian catatan dan beberapa aktifitas umum lain.

ISO 9001 - Standar Sistem Manajemen Mutu

ISO-9001 lahir pada tahun 1987. Judul pada waktu terbit pertama kali adalah standard for quality assurance, baru diganti menjadi standard for quality management system pada tahun 2000. Sebagaimana judulnya, standar ini berisi persyaratan tentang bagaimana seharusnya sebuah sistem manajemen mutu, aktifitas apa saja yang harus diatur, apa saja dalam aktifitas tersebut yang harus diatur, dokumen apa yang harus dibuat dan sebagainya.

ISO-9001 adalah standar sistem manajemen yang bersifat umum. Atau bisa juga dikatakan sebagai panduan umum bagaimana merancang sistem manajemen mutu. ISO-9001 tidak memberi panduan spesifik tentuk bagaimana mengatur suatu aktiftas tetapi hanya berisi persyaratan apa saja yang harus diatur. Misalnya, dalam aktifitas pembelian, ISO-9001 mensyaratkan agar organisasi melakukan pemilihan dan evaluasi pemasok (untuk barang yang mempengaruhi produk akhir) tetapi ISO-9001 tidak berisi persyaratan yang spesifik bagaimana melakukan pemilihan dan evaluasi pemasok. Teknis pemilihan dan evaluasi diserahkan kepada organisasi masing masing.

Panduan & Standar Sistem Manajemen Mutu untuk Jenis Organisasi Spesiifik

Selain ISO 9001, ada beberapa standar lain yang juga dikeluarkan oleh badan yang sama (International organisation for standardization) tentang sistem manajemen mutu seperti ISO TS-16949, standar sistem manajemen mutu untuk industri automotive, ISO TL 9000 untuk industri telekomunikasi dan sebagainya.

Untuk beberapa jenis organisasi, International organization for standardization juga mengeluarkan beberapa panduan untuk beberapa jenis organisasi tertentu seperti:

ISO IWA 2 : International Work Agreement, panduan penerapan sistem manajemen mutu untuk organisasi yang memberikan layanan kesehatan

ISO IWA 2 : Panduan penerapan sistem manajemen mutu untuk institusi pendidikan

ISO IWA 4 : Panduan penerapan sistem manajemen mutu utnuk badan pemerintah

ISO IWA bukanlah standar, jadi organisasi tidak ada proses sertifikasi dan sertifikat untuk panduan panduan tersebut. Sertifikat yang dikeluarkan tetap sertifikat ISO 9001.

Mendapatkan Sertifikat ISO 9001

Sertifikat ISO 9001 adalah sertifikat yang membuktikan bahwa organisasi telah membangun sistem manajemen mutu, menerapkan dengan efektif dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan ISO-9001.

Sertifikat ISO 9001 dikeluarkan oleh badan sertifikasi yang telah diakreditasi dan dinyatakan berhak mengeluarkan sertifikat. Beberapa badan sertifikasi yang beroperasi di Indonesia: SGS, Lloyd, BV, Sucofindo dan lain lain.

Sertifikat ISO-9001 dikeluarkan setelah auditor dari badan sertifikasi melakukan audit sistem manajemen mutu di organisasi yang ingin memperoleh sertifikat ISO 9001 dan auditor menyimpulkan bahwa organisasi tersebut telah membangun dan menerapkan sistem manajemen mutu secara efektif dan sesuai dengan persyaratan ISO 9001.

Tentang Konsultan ISO 9001

Konsultan ISO 9001 adalah pihak yang membantu organisasi dalam merancang sistem manajemen mutu (berarti merancang berbagai aturan dan dokumentasi yang menjadi komponen sistem manajemen mutu), menjamin bahwa berbagai aturan tersebut layak dan dapat diterapkan secara efektif, dan membimbing organisasi sampai meraih sertifikat ISO 9001.

(Dikutip dari tulisan karya Ir. Iim Ibrohim seorang Konsultan iso 9001, 14001, TS 16949, OHSAS 18001 URL: http://www.ibrosys.com/manajemen-mutu/91-sistem-manajemen-mutu-iso-9001.html diakses pada 3 Mei 2011)

Mengenal Kepribadian Tipe A dan B

Mimi memiliki sifat mudah marah, senang berkompetisi dan mudah gelisah. Sebaliknya, Manu memiliki sifat yang berlawanan dengan sifat Mimi. Manu lebih tenang, kurang suka berkompetisi dan tidak mudah marah. Para ahli psikologi menyebut Mimi memiliki perilaku tipe A, sedangkan Manu memiliki perilaku tipe B. Nah, Anda cenderung mirip Mimi atau Manu?

Friedman & Ulmer (1984), dalam bukunya “Treating Type A Behavior – And Your Heart”, mengidentifikasi sebagian ciri-ciri orang dengan tipe A, sebagai berikut:
  • Mengepalkan jari dalam pembicaraan biasa
  • Menggeremetukkan gigi
  • Terobsesi berkompetisi hampir di semua aktivitas, meskipun hanya hal-hal kecil
  • Kurang rela kalah meskipun pada anak kecil
  • Ingin mendominasi dalam situasi sosial maupun bisnis
  • Mudah tersinggung dan tidak sabaran pada orang lain, terutama orang yang kontra
  • Memiliki opini yang tidak berubah
  • Terlihat kurang mampu menikmati kesuksesan orang lain
  • Mudah tersinggung hanya oleh kesalahan kecil yang dilakukan orang lain
  • Berkonsentrasi pada hal-hal yang salah dan hal-hal yang bisa menjadi salah
  • Tidak mampu menertawakan diri sendiri atau orang lain
  • Sangat bangga dengan diri sendiri
  • Berpikir bahwa orang lain tidak bisa dipercaya dan memiliki motif tersembunyi
  • Merasa kurang menyukai orang lain
  • Sering menyalahkan berbagai hal, khususnya kelompok yang besar seperti pemerintah, generasi muda, kondisi ekonomi, dan lainnya
  • Sering mengedipkan mata
  • Berbicara dengan cepat
  • Menginterupsi pembicaraan orang lain, meskipun belum selesai
  • Melakukan gerakan-gerakan dengan cepat
  • Tidak sabaran
  • Memperhatikan kecepatan aktivitas orang lain dan menyarankannya untuk memperlambat
  • Sulit untuk duduk diam tanpa melakukan apa-apa
  • Tidak nyaman untuk terus duduk di meja setelah selesai makan semua makanan
  • Mencoba berpikir atau melakukan lebih dari satu hal pada saat yang sama
Sudah tentu tidak semua ciri-ciri di atas dimiliki orang dengan tipe A, dan bisa saja sebagian cirinya dimiliki hanya dalam kadar rendah. Akan tetapi itulah sebagian ciri-ciri yang biasanya tampak pada orang-orang tipe A.

Berikut adalah sebagian ciri-ciri orang dengan tipe B:
  • Sabar
  • Jarang melihat jam
  • Pendengar yang baik
  • Menghargai kenyamanan dan keindahan
  • Tidak asyik sendiri dengan pencapaian-pencapaiannya
  • Bersifat gampangan atau easy going
  • Tidak kompetitif
  • Membagikan tugas dengan nyaman
  • Mengalokasikan waktu khusus untuk memikirkan suatu hal secara khusus
  • Bergaya kasual
  • Melakukan satu hal pada satu waktu
  • Menikmati keberhasilan yang diraih baik oleh diri sendiri maupun orang lain
  • Pembicara yang pelan
  • Tidak membiarkan diri merasa terburu-buru
  • Menikmati hadiah-hadiah
  • Senang dengan bersantai
  • Mengekspresikan kasih secara terbuka
Hm… mana tipe yang lebih cocok untuk Anda? Jika Anda masih kesulitan mengidentifikasi tipe Anda, cobalah untuk mengerjakan kuis berikut.

Petunjuk

Ingat-ingatlah perilaku yang kerap Anda lakukan setiap hari. Lalu lihatlah pernyataannya, dan perhatikan apakah cocok dengan Anda. Beri jawaban “YA” jika merasa cocok menggambarkan diri Anda dan jawaban “TIDAK” jika merasa kurang tepat dengan diri Anda.

Apakah Anda ....
  1. Menghentikan kalimat orang lain sebelum mereka menyatakan berhenti?
  2. Bergerak atau berjalan atau makan dengan cepat?
  3. Lebih menyukai ringkasannya ketimbang membaca bukunya?
  4. Menjadi tidak sabar dan marah dalam lalu lintas yang macet?
  5. Secara umum merasa kurang sabaran?
  6. Cenderung kurang mempercayai orang lain?
  7. Berusaha melakukan dua atau lebih hal pada saat yang bersamaan?
  8. Merasa bersalah jika bersantai atau berlibur?
  9. Menilai kualitas kerja Anda berdasarkan bayaran yang diperoleh, jumlah pegawai yang dimiliki atau peringkat sebagai ukuran?
  10. Menjadwalkan semakin banyak kegiatan untuk waktu yang semakin sempit?
  11. Berpikir tentang hal lain ketika sedang berbicara dengan seseorang?
  12. Menunjukkan bahasa tubuh yang gugup seperti menggeremetukkan gigi, meremas-remas telapak tangan, dan lainnya?
  13. Mengira Andalah yang lebih banyak memiliki tanggung jawab?
  14. Sangat mementingkan kata-kata dalam percakapan
  15. Sedikit terbakar ketika pelayanan yang didapatkan kurang standar?

Skoring


Jika Anda menjawab “YA” untuk 10 pernyataan atau lebih, maka Anda cenderung berperilaku tipe A. Ingatlah, kadang-kadang perilaku tipe A hanya muncul dalam kadar yang rendah.

Hati-hati

Berhati-hatilah jika Anda memiliki tipe perilaku A atau sering juga disebut kepribadian A. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ray Rosenman & Dr. Meyer Friedman, dua orang ilmuwan kardiologi, menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara perilaku dengan penyakit jantung. Mereka menganalisa ribuan orang dari usia 31 tahun sampai 59 tahun, dan menyeleksinya berdasarkan profil kepribadian; sebagian golongan tipe A dan sebagian yang lain golongan tipe B. Hasilnya, orang-orang dengan tipe A 70% lebih berisiko mengalami penyalkit jantung koroner, meskipun sebelumnya mereka tidak memiliki riwayat gangguan tersebut.

Dr. Rosenman & Dr. Friedman menduga bahwa kepribadian tipe A berasal dari perasaan tidak aman dan rendahnya harga diri. Nah, dalam masyarakat yang berbasis kompetisi, maka perasaan tidak aman mudah sekali muncul. Alhasil tujuan yang ingin dicapai sering tidak realistis dan harapannya pun sangat berlebihan. Hasilnya bisa berupa rendahnya harga diri. Agar merasa aman dan meningkatkan harga diri, maka mereka pun berusaha terus menerus meningkatkan pencapaian; berusaha lebih keras dan lebih cepat. Mereka pun bisa menjadi lebih mementingkan waktu. Tidak jarang mereka menjadi lebih agresif sekaligus kejam, yang muncul karena ketidakmampuan memenuhi ambisi.

Akan tetapi jika Anda memiliki kepribadian tipe A, tidak perlu terlalu khawatir. Penelitian yang dilakukan Universitas Duke menemukan bahwa tidak semua perilaku tipe A tidak sehat. Temuan mereka menunjukkan bahwa hanya 4 karakteristik perilaku tipe A yang sangat dekat kaitannya dengan penyakit jantung, yakni:
  1. Permusuhan
  2. Secara sinis tidak mempercayai orang lain
  3. Mudah dan sering marah
  4. Mengekspresikan marahnya secara terbuka
Jadi, waspadalah terhadap keempat perilaku itu. Meminimalkan 4 hal di atas akan membawa Anda ke kehidupan yang lebih sehat.

(Dikutip dari http://psikologi-online.com/kepribadian-anda-tipe-a-atau-tipe-b diakses tanggal 29 April 2011).

Apa Itu Penelitian

Ketika Anda mendengar atau membaca istilah “penelitian” atau “riset”, kesan seperti apa yang ditimbulkan kata tersebut bagi Anda? Apakah sebuah gambaran yang mengilutrasikan sebuah laboratorium dengan para ilmuwan yang bekerja dengan pembakar Bunsen dan pipa tes? Atau kah sebuah gambaran seorang seperti Einstein yang sedang menulis disertasi tentang sejumlah subjek rumit? Atau mungkin juga seseorang yang mengumpulkan data untuk mempelajari dampak sistem perawatan harian yang baru diperkenalkan terhadap moral karyawan? Tentu saja semua kesan tersebut mewakili aspek penelitian atau riset, namun dalam jenis penelitian yang berbeda. Penelitian, sebuah istilah yang entah bagaimana menakutkan bagi sebagian orang, adalah proses menemukan solusi masalah setelah melakukan studi yang mendalam dan menganalisis faktor situasi.

Uma Sekaran medefinisikan penelitian adalah sebagai sebuah proses penyelidikan investigasi yang terkelola, sistematis, berdasarkan data, kritis, objektif, dan ilmiah terhadap suatu masalah spesifik, yang dilakukan dengan tujuan menemukan jawaban atau solusi terkait. Intinya, penelitian memberikan informasi yang diperlukan untuk memandu peneliti mengambil keputusan yang terinformasi agar bisa memecahkan masalah secara sukses. Informasi yang diperoleh bisa berasal dari analisis mendalam terhadap yang dikumpulkan dari tangan pertama (sumber primer), atau data yang telah tersedia (data sekunder), seperti dari perusahaan, industri, arsip, dan lain-lain. Data tersebut bisa berupa data kuantitatif, yang umumnya diperoleh melalui pertanyaan terstruktur, atau berupa data kualitatif, yang dihasilkan dari jawaban yang luas terhadap pertanyaan spesifik dalam wawancara, atau dari informasi dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya.

Jadi, dapat dipahami bahwa penelitian mengindikasikan sebuah proses untuk menemukan jawaban atas sebuah masalah dengan langkah-langkah terentu. Inti utama yang harus kita pahami sebelum melakukan penelitian atau riset adalah masalah penelitian itu sendiri. Sebab, masalah penelitan tersebut yang akan kita cari tahu jawaban atau solusinya. Jika kita tidak paham perihal masalah penelitian, sangat tidak mungkin kita dapat melakukan penelitian atau riset itu lebih lanjut. Barulah setelah kita dapat merumuskan sebuah masalah penelitian, kita dapat melakukan langkah lebih lanjut dari proses penelitian hingga penelitian tersebut berakhir dengan dicapainya tujuan atau jawaban atas masalah yang ada.

Referensi: Uma Sekaran

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More