Penelitian eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat variabel penelitian. Pelaksanaannya memerlukan konsep dan variabel yang jelas sekali dan pengukuran yang cermat. Penelitian eksperimen mungkin dilakukan di laboratorium, di kelas, atau lapangan. Kiranya jelas bahwa lebih mudah melakukan penelitian eksperimen di labratorium daripada di lapangan, karena alat-alat yang khusus dan lengkap dapat tersedia di laboratorium dan pengaruh luar dapat dengan mudah dicegah selama eksperimen berlangsung.
Eksperimen dapat dilakukan tanpa atau dengan kelompok pembanding (control group). Misalnya, ada sebuah film tentang transmigrasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keinginan masyarakat untuk bertransmigrasi. Untuk itu dipilih sebuah kelomok eksperimen dan mereka diwawancarai (pre-test) dengan menggunakan kuesioner yang khusus dibuat untuk studi itu. Lalu film yang merupakan stimuli eksperimen dipertunjukkan. Sesudah kelompok yang sama diwawancarai (post-test) dengan kuesioner yang sama. Hasil pre-test dan post-test dibandingkan untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap bertransmigrasi sebagai akibat stimulus eksperimen.
Dalam penelitian eksperimen yang tidak menggunakan kelompok kontrol hasil penelitian tersebut diragukan keabsahannya, karena beberpa variabel yang mengancam atau yang melemahkan validitas penelitian tidak dikontrol. Misalkan, respons terhadap kuesioner menunjukkan adanya perubahan sikap, maka timbulah pertanyaan: apakah perubahan sikap itu terjadi karena melihat film itu, ataukah karena kesadaran bahwa mereka diuji, kesadaran yang mengubah respon mereka terhadap pertanyaan yang diajukan pada tahap kedua.
Untuk menghindarkan masalah tersebut, berbagai penelitian eksperimen menggunakan kelompok pembanding (control group). Jadi dalam contoh tentang film transmigrasi di atas, dipilih dua kelompok yang mempunyai ciri-ciri dan sikap terhadap transmigrasi yang kurang lebih sama, satu sebagai kelomok eksperimen dan yang satu lagi sebagai kelompok pembanding. Film hanya dipertunjukkan kepada kelompok eksperimen. Kedua kelompok diwawancarai dua kali; yang satu diselingi dengan pertunjukkan film sebagai stimulus, sedangkan yang satu lagi tidak. Hasilnya dibandingkan untuk mengetahui apakah stimulus eksperimen memberikan pengaruh atau tidak.
Perlu pula diperhatikan, apakah ada pengaruh variabel lain selama eksperimen tersebut. Misalnya, distribusi pamflet KB dihipotesakan mempengaruhi penerimaan kontrasepsi modern. Dipilih desa eksperimen dan desa kontrol. Lalu diadakan intervensi di desa eksperimen tersebut. Kemudian dibandingkan antara penerimaan KB di desa eksperimen dan di desa pembanding.
Dalam hal ini perlu sekali diperhatikan variabel lain yan mempengaruhi, karena efeknya dapat membatalkan eksperimen itu sama sekali. Umpama ada tambahan PLKB (Petugas Lapangan KB) atau bidan di desa eksperimen, yang mungkin lebih besar pengaruhnya daripada pamflet yang diedarkan tersebut. Atau sebaliknya, kalau hal tersebut terjadi di desa pembanding, maka fungsinya sebagai pembanding menjadi kabur.
Eksperimen dapat dilakukan tanpa atau dengan kelompok pembanding (control group). Misalnya, ada sebuah film tentang transmigrasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keinginan masyarakat untuk bertransmigrasi. Untuk itu dipilih sebuah kelomok eksperimen dan mereka diwawancarai (pre-test) dengan menggunakan kuesioner yang khusus dibuat untuk studi itu. Lalu film yang merupakan stimuli eksperimen dipertunjukkan. Sesudah kelompok yang sama diwawancarai (post-test) dengan kuesioner yang sama. Hasil pre-test dan post-test dibandingkan untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap bertransmigrasi sebagai akibat stimulus eksperimen.
Dalam penelitian eksperimen yang tidak menggunakan kelompok kontrol hasil penelitian tersebut diragukan keabsahannya, karena beberpa variabel yang mengancam atau yang melemahkan validitas penelitian tidak dikontrol. Misalkan, respons terhadap kuesioner menunjukkan adanya perubahan sikap, maka timbulah pertanyaan: apakah perubahan sikap itu terjadi karena melihat film itu, ataukah karena kesadaran bahwa mereka diuji, kesadaran yang mengubah respon mereka terhadap pertanyaan yang diajukan pada tahap kedua.
Untuk menghindarkan masalah tersebut, berbagai penelitian eksperimen menggunakan kelompok pembanding (control group). Jadi dalam contoh tentang film transmigrasi di atas, dipilih dua kelompok yang mempunyai ciri-ciri dan sikap terhadap transmigrasi yang kurang lebih sama, satu sebagai kelomok eksperimen dan yang satu lagi sebagai kelompok pembanding. Film hanya dipertunjukkan kepada kelompok eksperimen. Kedua kelompok diwawancarai dua kali; yang satu diselingi dengan pertunjukkan film sebagai stimulus, sedangkan yang satu lagi tidak. Hasilnya dibandingkan untuk mengetahui apakah stimulus eksperimen memberikan pengaruh atau tidak.
Perlu pula diperhatikan, apakah ada pengaruh variabel lain selama eksperimen tersebut. Misalnya, distribusi pamflet KB dihipotesakan mempengaruhi penerimaan kontrasepsi modern. Dipilih desa eksperimen dan desa kontrol. Lalu diadakan intervensi di desa eksperimen tersebut. Kemudian dibandingkan antara penerimaan KB di desa eksperimen dan di desa pembanding.
Dalam hal ini perlu sekali diperhatikan variabel lain yan mempengaruhi, karena efeknya dapat membatalkan eksperimen itu sama sekali. Umpama ada tambahan PLKB (Petugas Lapangan KB) atau bidan di desa eksperimen, yang mungkin lebih besar pengaruhnya daripada pamflet yang diedarkan tersebut. Atau sebaliknya, kalau hal tersebut terjadi di desa pembanding, maka fungsinya sebagai pembanding menjadi kabur.
(Dikutip dari artikel karya Masri Singarimbun yang berjudul “Metode dan Proses Penelitian” dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Survai” terbitan tahun 1989.)
0 komentar:
Posting Komentar